Meet me, tokoh sentral dalam kebrutalan tersebut.
Long story short, saya terakhir update blog ini 3 tahun yang
lalu. Sebelum saya dapat white-collar job sebagai seorang Education Counselor
di salah satu agensi pendidikan internasional ternama di Malang. Setelah dapat
kerja, akhirnya agak terbengkalai karena kesibukan.
Lama juga ya? WOW. Apakah saya masih bisa menulis? Hmm..
Interesting. Masih bisa donk, menulis itu alamiah, semua orang itu pasti bisa melakukannya. Yang membedakan adalah kemauan dan keinginan untuk menulis masing-masing orang saja.
Eh FYI, sekarang nama saya sudah jadi agak kerenan dikit
loh. Dari Hudhan Ardhana jadi Danny Ardhana. Biar kekinian gitu (seriously
guys.. seriously?).
"Danny" diambil dari nama depan saya Dhahniar, karena setahun kemarin saya membanting tulang di agen pendidikan yang lain di Jakarta Barat dan mayoritas client kita adalah orang bule, saya ndak pengen buat lidahnya bule itu melintir karena gagal paham sama penyebutan nama tengah saya. You must see their faces when they pronounce Hudhan.
Sekarang saya sudah merantau di Jakarta selama kurang lebih
1,5 tahun. Dengan segala keruwetannya, saya putuskan untuk mencintai kota ini.
Dari awal memang impian saya adalah untuk bekerja di ibukota. Karena saya
yakin, bahwa Jakarta adalah pintu gerbang kepada masa depan yang lebih baik.
Banyak perusahaan, firma multinasional yang ada di sini, yang berarti jalan
saya menuju ke sana sangat lebar sekali, bahkan bisa dibilang bukan lagi pakai
paving block tapi pake aspal hotmix.
Nah disini, apa hubungannya sama kebrutalan?
Saya barusan memutuskan untuk keluar dari kantor yang selama
5 bulan ini telah membesarkan kantong saya. Karena ternyata memang visi dan
misi kantor tidak sejalan dengan apa yang saya rasakan. Daripada saya
berlama-lama ngendon di tempat yang tidak membuat saya berkembang, saya
putuskan untuk keluar.
SANGAT BRUTAL SEKALI, karena saya notabene belum mendapatkan pekerjaan baru, dan saya memutuskan untuk keluar. Lebih BRUTAL lagi karena tabungan saya yang pas-pasan, saya putuskan untuk tetap tinggal di ibukota, maksimal hingga 2 bulanan ke depan lah hingga saya dapat pekerjaan baru.
Saya mendapatkan ide gila setelah beberapa kali saya
nongkrong di pelataran TIM, mendiskusikan tentang apa arti hidup, sambil
menghabiskan dua gelas kopi yang biasanya disajikan gelas plastik air mineral,
bersama teman saya Lalu.
Tiba-tiba saya terbersit sebuah pertanyaan, "Apakah ada
jalannya supaya saya masuk ke dunia periklanan, tanpa berurusan dengan desain
sama sekali?"
Dia pun menjelaskan bahwa ada, namanya copywriter.
Copywriter itu nanti tupoksinya adalah menulis iklan,
poster, naskah, bahkan copywriter yang gajinya mahal adalah copywriter yang
menulis kata-kata di samping logo.
Terus terang, sebelum kami berdiskusi mengenai pekerjaan saya
sebagai copywriter, saya sama sekali tidak mempunyai gambaran dan bayangan
bahwa ternyata ada ya?
Di detik itu pula saya langsung tertarik dan memutuskan untuk menjadi seorang copywriter.
Akhirnya obrolan malam itu berlanjut hingga dini hari, kami
membicarakan tentang dekonstruksi, sebuah teori sastra favorit saya yang
ternyata akan sangat membantu perjalanan karir saya menjadi seorang copywriter.
Dari sini saya mulai berpikiran bahwa saya harus mempunyai pekerjaan yang sesuai dengan passion saya di industri kreatif. Saya tahu jalan saya teramat berat, namun tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Asalkan ada niatan dan kita melakukannya dengan sungguh-sungguh.
Dari sini saya mulai berpikiran bahwa saya harus mempunyai pekerjaan yang sesuai dengan passion saya di industri kreatif. Saya tahu jalan saya teramat berat, namun tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Asalkan ada niatan dan kita melakukannya dengan sungguh-sungguh.
0 comments:
Post a Comment