Belepotan Ide dari Sebuah Buku
Kemarin malam, tiba-tiba kepikiran buat ganti nama blog lagi.
Mungkin sudah ratusan kali saya ganti nama domain blog karena tidak puas. Kalau
blog ini seorang anak kecil, capek mungkin sering banget selametan ganti nama.
Untungnya ini hanya blog, jadi saya tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk membuat bubur merah.
“Belepotan Ide” adalah rencana dari nama blog yang baru, dengan
tagline “padat cair bentuknya sama saja”
Hahaha.. Iya, belepotan ide. Kata Belepotan sendiri ternyata
bahasa gaul yang artinya berantakan, acak-acakan, dan tidak teratur. Biasanya
yang identik dengan kata ini adalah waktu makan yang gak aturan, kemana-mana.
Di situlah saya ketemu ide, gimana seandainya yang berantakan
tadi bukanlah makanan namun ide-ide brilian, alangkah bahagianya kita. Tinggal
dikumpulkan dan dipilah antara ide yang bagus dan jelek, tidak peduli bentuknya
padat atau cair, yang penting itu adalah sebuah ide.
Singkat cerita, saya barusan beli buku “Saya Pengen Jadi
Copywriter” karangan Om Budiman Hakim (orang-orang manggil beliau om, jadi saya
ikutan trend juga). Ternyata memang uang 47ribu itu sebanding sama ilmu yang
saya dapatkan. Saya paksakan untuk membelinya di tengah keterpurukan finansial
pasca keluar dari pekerjaan sekitar dua minggu yang lalu.
Bukunya bagus, mengulas secara gamblang apa itu copywriter. Apalagi
untuk orang yang banting setir seperti saya, diwajibkan hukumnya kepada saya
untuk membeli.
Hampir separuh buku itu saya makan dengan lahapnya di tempat
nongkis favorit saya, pelataran Taman Ismail Marzuki. Sambil ditemani segelas
kopi hitam dan rokok, saya mencoba mencari inspirasi dari buku itu. Semakin
mendalam membacanya, semakin yakin saya bisa menjadi seorang copywriter
meskipun portofolio menulis saya masih sedikit.
Setelah membaca beberapa case
study yang ada di buku tersebut, membuat saya sadar bahwa manusia memang
secara tidak langsung menggunakan ilmu periklanan di segala sendi kehidupannya.
Mulai dari pacaran, hingga ngomong sama penjual rokok di warung, semua pake
ilmu periklanan.
Berangkat dari situ, ditambah kutipan dari Om Bud
Kenapa sebagian orang beranggapan bahwa periklanan itu sangat sulit? Karena mereka tidak menyadari bahwa periklanan itu ada dalam tubuh mereka.
Saya yakin kalau bisa menembus kerasnya persaingan di industri
periklanan. Cita-cita saya sekarang sudah bulat yaitu menjadi Copywriter.
Menurut cerita Om Bud, banyak mahasiswa dari jurusan periklanan yang pas magang
bilangnya “Rasanya apa yang telah saya pelajari 4 tahun di kampus tidak ada
gunanya. Di lapangan semuanya sama sekali lain!”
Hahaha. Saya menertawakan diri saya sendiri.
Pendapat itu sangat saya rasakan sebenarnya. Lha wong apa.
Saya ini lulusan Sastra Inggris, bekerja di industri Sales & Marketing
selama 3 tahun, dan kebanyakan ngehandle
urusan desain. Latar belakang pekerjaan saya, sangat berbeda 180 derajat dengan
background akademik saya sebagai seorang lulusan Sastra Inggris. Keahlian
mendesain saya didapatkan dari otodidak, karena kebetulan mulai kecil saya
adalah penyuka seni visual.
Meskipun saya belum menjadi copywriter, saya bisa jamin bagi
mereka yang lulusan Sastra Inggris (atau mungkin lulusan dari jurusan Sastra
yang lain), bersyukurlah, karena kesempatan Anda menjadi seorang copywriter
sangatlah terbuka sekali. Apalagi yang doyan mikir, doyan nulis, doyan ngeblog,
doyan bermain kata-kata. Orang sastra itu kan banyak yang suka nakal kan kalau
mikir, karena analitis, bahkan waktu kuliah aja itu kita emang disuruh nakal,
supaya peka sama lingkungan sekitar.
Menurut artikel yang saya baca di internet, Copywriter di
Indonesia itu jarang loh. Sekalinya ketemu katanya kadang tidak bagus. Tapi, mulai
sekarang, saya akan coba, hingga nanti jadi orang yang tiap hari tidur sehabis
subuh, dan mulai beraktivitas mulai dzuhur. Semoga doa saya diijabah sama Allah
SWT.
Amiien ya robbal alamin..
0 comments:
Post a Comment