Friday, October 30, 2015

Jancuknya Manaaa?


Entah mengapa ketika menulis blog ini, pikiran saya langsung teringat pada iklan Star Mild yang berjudul Obsesi Sutradara. Punch linenya sangat mengena sekali yaitu "Ekspresinya manaaaa?"

Ucapan "Ekspresinya manaaaa?" tersebut terngiang-ngiang terus sampai detik ini, namun alih-alih kata "Ekspresinya" yang ada di pikiran saya adalah kata "Jancuknya".

Terus terang, saya mengalami satiasi semantik sejak lama mengenai kata jancuk ini. Saat ini saya sudah kehilangan esensi asli kata tersebut yang menganggapnya tabu, kotor, jorok, umpatan, kata yang tidak baik dsb, dikarenakan hampir tiap hari bahkan mungkin tiap beberapa jam sekali saya mengucapkan kata ini.

Sebenarnya kata makian itu merupakan kata yang paling fleksibel dalam bahasa karena bisa digunakan dibanyak kesempatan karena mempunyai arti yang bermacam-macam. Mungkin untuk penjelasannya bisa dilihat di video di bawah ini.

Osho : Strange Consequences

Lanjut.

Karena sekarang sudah menganggur, praktis waktu saya untuk mendalami ilmu membuat copy itu banyak sekali. Tiap hari saya browsing dan mencari artikel mengenai copywriting tersebut. Mendengarkan kuliah terbuka di youtube, dan dari situ pula saya sedikit demi sedikit tahu apa itu copywriter. Dari pendalaman tersebut yang paling inspiratif adalah video dari Dave Trott  berjudul "Predatory thinking for copywriters".

Predatory thinking for copywriters

Di awal seminar dia mengangkat sebuah gagasan mengenai kreativitas dari Ben Bernbach .
Creativity may well be the last legal unfair competitive advantage we can take to run over the competition.
Dihubungkan dengan kreatifitas di dunia copywriting, kompetisi antar pesaing itu dianalogikan seperti olahraga. Oleh karena itu supaya ada yang menang maka harus ada yang kalah. Di situlah kita harus mengerti permainannya seperti apa. Pesaing selalu berpikir keras bagaimana caranya untuk lebih cepat, lebih bagus, lebih pintar, lebih terkenal dari kita.

Dari situ timbul pertanyaan besar. Bagaimana caranya agar kita bisa menangkal itu semua? Bagaimana caranya membuat "legal unfair advantage"? Nah disitulah kreativitas itu berperan penting. Sebaiknya kita harus peka dan mencari masalah, sebelum masalah itu muncul dan dimanfaatkan oleh pesaing untuk dicari solusinya.

Trus hubungannya sama jancuk itu apa?

Perlu diketahui bahwa, unsur dasar copywriting adalah
  1. Menarik Perhatian
  2. Ketertarikan
  3. Keinginan
  4. Keyakinan
  5. Tindakan
Ah tapi menurut saya, kelamaan juga mikir 5 poin tersebut yang sebenarnya bisa langsung diringkas menjadi satu kata yaitu "Jancuk!". Karena menurut saya, apapun yang baik adalah apapun yang bikin orang surprised dan bilang

"Jancuk! Koq bisa ya?"
"Jancuk! Koq kepikiran bikin iklan kayak gitu ya?"

Menurut saya, elemen tersebut sangatlah penting, sedangkan elemen yang lain akan otomatis mengikuti di belakangnya. Menjadi jancuk sangatlah susah, terutama karena kejancukan dalam dunia periklanan tersebut muncul karena adanya kreatifitas dan sentuhan seni yang tinggi, yang membutuhkan riset, serta team discussion yang tidak sebentar. Jancuk disini bukan jancuk yang berkonotasi negatif, namun positif yang diucapkan saat kita terkagum-kagum akan sesuatu hal.

Contoh dari iklan yang jancuk adalah seperti ini


Satu dari 3 iklan besutan Creative Juice/G1 dari Bangkok ini menyabet award
Gold Lion for the Campaign pada Cannes Lions International Festival of Creativity 2005

"Jancuk! Koq bisa kepikiran bikin iklan kayak gitu ya?"

(Di klik dulu aja, biar tahu gambar gedenya bentuknya kaya apa.)

Nah itu diceritakan, kalau semangka itu pecah tapi di tiap serpihannya itu ada angka dan huruf. Bagi yang sudah pernah beli dan pasang mokit tamiya, pasti langsung nyambung sama maksudnya. Iya, benar! Tamiya ini memang terkenal akan mokitnya. Dalam setiap boxnya pasti juga diberikan booklet panduan untuk memasang tiap partnya yang persis sama dengan angka dan huruf pada serpihan semangka tadi. Slogan di bawah semakin memantapkan konsep dan ide dari iklan ini, "FOR THOSE WITH AN EYE OF ASSEMBLY" atau "UNTUK MEREKA YANG MENGHARGAI RAKITAN"

Jadi apakah sudah bertanya segila dan sejancuk apa ide kalian?

Thursday, October 29, 2015

Copywriter dan Peluang

Semenjak obrolan malam hari itu bersama Lalu, saya merasa bahwa menjadi seorang copywriter merupakan salah satu pekerjaan impian saya yang paling mendekati dengan para pelaku industri kreatif.

Pelan pelan saya coba gali informasi mengenai bagaimana caranya menjadi copywriter. Saya kontak teman saya yang sudah bekerja di dunia periklanan, dia bercerita bahwa copywriter yang ada di kantornya itu dulu memang berawal dari penulis konten atau content writer. Saya rasa saya ada jalan ke sana, karena saya dulu juga pernah menjadi penulis konten.

Saya cari informasi kesana kemari, browsing di google, baca article mengenai apa itu copywriter, mendengarkan seminar di youtube dan lain sebagainya. Sedikit demi sedikit saya memahami tentang apa itu copywriter.

Dari penemuan saya itu, saya akhirnya tahu bahwa tidak banyak jumlah copywriter di Indonesia. Hal itu disebabkan karena tidak adanya sekolah yang spesifik membuka jurusan tentang penulisan copy di Indonesia. Copywriting sendiri menurut saya memang agak ambigu, dalam artian seperti ini.

Menurut wikipedia,
Copywriting is written content conveyed through online media and print materials. Copy is content primarily used for the purpose of advertising or marketing.
Merujuk pada pengertian tersebut, terdapat dua macam disiplin yang digunakan yaitu bahasa dan marketing. Namun pada kenyataannya, ketika saya masih kuliah Sastra Inggris, tidak pernah saya diberikan mata kuliah penulisan copy. Tidak puas disitu saja akhirnya saya ublek-ublek google dan kemudian mendapatkan sebuah dokumen mengenai rangkuman mata kuliah penulisan naskah advertising. Ternyata cikal bakal copywriting diajarkan di jurusan ilmu komunikasi. WOW.
Dari dua disiplin ini yaitu sastra dan ilmu komunikasi, yang bisa ditarik benang merah cuman kaitannya dengan unsur kreatifitas saja. Selebihnya tentang teori, teknik penulisan, pokoknya yang menjurus pada pakem sebenarnya bisa dipelajari sambil jalan (menurut saya sih hehehe), namun untuk otak kreatif itu yang bakalan susah dibentuk karena tidak semua orang dilahirkan menjadi kreatif. 
Lanjut pada kalimat berikutnya, bahwa intinya copywriting itu bertujuan untuk advertising atau marketing. Cuman, sekali lagi, dalam perkuliahan jurusan marketing itu tidak mempelajari secara spesifik caranya menulis. Yang diajarkan di sini mungkin bagaimana cara pemasaran dan lain sebagainya, namun cara menulis dalam pemasaran yang sesuai EYD itu tidak diajarkan. Saya pernah menerjemahkan skripsi salah satu mahasiswa jurusan marketing, dan ternyata problem tersebut sangat ada dan nyata. Hehehe. (Sebenarnya ini bukan problem anak jurusan marketing semata sih, lebih umum lagi ke mata kuliah non kebahasaan gitu)

Nah dari arti umum yang sangat sederhana tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya menjadi seorang copywriter itu sangatlah mudah. Yang dibutuhkan adalah kemampuan menulis yang sesuai dengan EYD, dan juga kreatifitas yang tanpa batas. Sedangkan unsur yang lain mengikuti, seperti contohnya kemampuan mempresentasikan pendapat dan berargumen, itu juga penting.

Wednesday, October 28, 2015

Hidup ini Brutal

Meet me, tokoh sentral dalam kebrutalan tersebut.

Long story short, saya terakhir update blog ini 3 tahun yang lalu. Sebelum saya dapat white-collar job sebagai seorang Education Counselor di salah satu agensi pendidikan internasional ternama di Malang. Setelah dapat kerja, akhirnya agak terbengkalai karena kesibukan.

Lama juga ya? WOW. Apakah saya masih bisa menulis? Hmm.. Interesting. Masih bisa donk, menulis itu alamiah, semua orang itu pasti bisa melakukannya. Yang membedakan adalah kemauan dan keinginan untuk menulis masing-masing orang saja.

Eh FYI, sekarang nama saya sudah jadi agak kerenan dikit loh. Dari Hudhan Ardhana jadi Danny Ardhana. Biar kekinian gitu (seriously guys.. seriously?).