Saturday, November 14, 2015

Kebotakan pada Kucing dan Solusi


Facial alopecia, salah satu jenis kebotakan pada kucing.

Memiliki kucing peliharaan menuntut kita untuk menjaga kesehatan serta kebersihan dari binatang kesayangan tersebut. Karena akan timbul masalah jika kita kurang begitu memperhatikannya.

Salah satu permasalahan yang sering dijumpai adalah kebotakan di beberapa bagian tubuh kucing peliharaan atau biasa disebut sebagai alopecia. Sepintas melihat gejalanya hampir sama dengan jamur pada bulu yang mengakibatkan kerontokan. Salah diagnosa membuat pengobatan sederhana menggunakan baby oil dan juga salep kulit Ketokenazole tidak akan berdampak apa-apa.

Menurut ehow.com, banyak hal yang dapat menyebabkan kebotakan pada kucing. Jika kebotakan tersebut disebabkan oleh kelainan kekebalan tubuh (auto-immune disorder), maka kebotakannya dinamakan Alopecia areata. Kebotakan ini akan menyerang pada beberapa bagian tubuh kucing. Masalah ini tidak membutuhkan penanganan khusus, karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya.

Jenis kebotakan yang kedua adalah Erythema multiforme. Kebotakan ini terjadi karena kucing hipersensitif terhadap penyakit kanker, infeksi atau bahkan karena obat-obatan yang sedang diminumnya. Gejalanya hampir sama dengan Alopecia areata namun disertai dengan benjolan yang berisi cairan dan sering ditemukan di sekitar mulut, telinga, selangkangan dan ketiak kucing. Lebih parah lagi, dalam kasus hal ini dapat menyebabkan demam dan borok pada daerah yang terjangkit. Solusi dari kebotakan ini yaitu dengan mengangkat penyebab benjolan atau borok tersebut, dan kemudian mengobatinya dengan larutan Albotyl pada daerah yang terluka.

Jenis terakhir adalah Facial alopecia atau preauricular. Kebotakan ini lebih sering ditemukan pada kucing bulu pendek seperti kucing domestic, exotic shorthair, Bengal dsb.  Mengutip dari peteducation.com, sebenarnya, kebotakan tersebut bukan merupakan sebuah kelainan medis yang parah melainkan hanyalah proses penuaan pada kucing. Kucing memiliki kepadatan bulu yang sama di seluruh tubuhnya. Semakin bertambahnya umur kucing maka beberapa bagian tubuh akan mengalami "penipisan" bulu, dan penipisan di wajah kucing biasanya mulai timbul pada umur 14 hingga 20 bulan dan terus berkelanjutan hingga umur 3 tahun. Penanganannya cukup dibiarkan saja asalkan pada bagian rontok tidak ditemukan bekas cakaran atau luka.


Sebagai pecinta kucing peliharaan, kita diharapkan cukup tanggap dalam mengenali berbagai macam permasalahan yang sering muncul. Kebotakan pada kucing adalah hal yang sangat lumrah dan biasa terjadi. Dengan mengetahui jenis-jenis kebotakan pada kucing dan solusinya, kita akan memiliki panduan jika sewaktu-waktu permasalahan ini muncul. Sehingga, diharapkan kita akan selalu mempunyai kucing yang cantik atau ganteng serta menggemaskan. 

Tuesday, November 10, 2015

Duel Otak: Google Saja Tidak Cukup


Dengan kurang lebih 1 juta orang yang telah memainkannya, tidak heran jika Duel Otak semakin ramai dibicarakan. Game besutan developer FEO Media AB ini mengusung tema adu pengetahuan yang terdiri dari banyak kategori mulai dari sejarah, film, musik, bahkan hingga kuliner.

Dari sekian banyak tips dan trik di internet mengenai cara untuk selalu menang, saya tertarik dengan sebuah cara cerdik yaitu dengan Googling. Dengan cara ini, pemain tidak perlu lagi pusing memikirkan jawaban dari soal yang kadang lebih sulit daripada soal ujian masuk perguruan tinggi negeri tersebut.

Namun setelah beberapa kali duel, saya temukan bahwa Googling saja tidak cukup membuat Anda selalu menang. Kita hanya diberikan waktu selama 20 detik untuk memikirkan jawabannya, sehingga tidak sedikit pula yang kehabisan waktu karena berpikir terlalu lama.

Selain Googling Anda harus memiliki penunjang yang lain, yaitu:
  1. Kemampuan berpikir cepat 
  2. Kemampuan mengetik cepat dan akurat
  3. Koneksi internet yang cepat 
  4. Kemampuan memilih soal (disini saya menyebutnya sebagai pertanyaan fakta)
Jika keempat poin di atas sudah dipenuhi, maka Anda memiliki kualifikasi untuk menggunakan Google sebagai alat bantu keempat untuk menjawab pertanyaan. Jika ada salah satu kriteria di atas yang tidak dipenuhi, maka akan membuat bantuan Google menjadi tidak efektif.

Sebagai percobaan saya menggunakan salah satu soal berikut, dari kategori Sejarah Modern yang saya sendiri belum pernah mendapatkan informasi ini sebelumnya.
“Apple meluncurkan iPhone pada 2007 dan sukses besar. Namun sejak era 80—an dan 90-an mereka mencoba mengembangkan PDA yang mudah dibawa yang dinamakan apa?” 
Saya coba hitung simulasi waktunya yaitu

  1. Memikirkan keyword yang tepat (2 detik), karena ini termasuk jenis pertanyaan “fakta” yaitu pertanyaan yang tidak membutuhkan kemampuan analisis kita, maka kita tinggal ketikkan saja di laman google. Agar hasil pencarian lebih spesifik, saya mengetikkan Apple PDA 80s – 90s sebagai keywordnya. Saya pilih Apple karena spesifik brandnya, PDA karena spesifik produknya, 80s – 90s karena spesifik tahun pembuatannya.
  2. Mengetikkan keyword yang tepat ke google (max 5 detik)
  3. Menunggu loading google  hingga menampilkan hasil pencarian (tergantung koneksi, 1 detik)
  4. Mencari jawaban pada hasil pencarian (3 detik), ketemu jawabannya yaitu Newton.
  5. Kembali ke HP, dan memilih jawaban yg paling tepat (2 detik)
  6. Menunggu hasilnya (1 detik)
  7. Total dari kesemuanya adalah kurang lebih 14 detik

Apakah Anda tertarik untuk menggunakan Google sebagai bantuan gratis keempat dalam permainan Duel Otak? Cara ini terbukti ampuh untuk membantu Anda meraih consecutive wins. Dari beberapa kali permainan, saya mendapatkan hasil yang memuaskan. Rata-rata saya bisa menjawab 16 pertanyaan benar dalam setiap sesi game yang ternyata memiliki banyak versi dari berbagai negara ini.

Good luck! Selamat mencoba!


Berikut adalah beberapa skrinsut dari game yang saya menangkan.




Thursday, November 5, 2015

Doh?



Well, yes, “Doh?”

Pernah nonton film seri "That 70's Show"? Udah lama banget sih nontonnya, waktu semuanya masih bau kencur. Yang main itu Topher Grace, Danny Masterson, Laura Prepon, Mila Kunis, Ashton Kutcher, dan Wilmer Valderama. Blog ini saya tulis karena saya keinget adegan di salah satu episodenya.

Di pertengahan Season 7, Eric ngerasa annoyed sama pertanyaan Donna saat bermain “Password”. Donna saat itu bertanya, "How did you get a 'Jedi' from 'Staircase'?" Eric kemudian ngejawab, "Uh, Donna, the path of becoming a Jedi has many steps? doh?" 

Saya sekarang ngerasain hal yang sama, yaitu ngerasa annoyed, meskipun terganggunya dalam hal, suasana, dan kondisi yang sangat berbeda.

Sedikit menambahi dari interjection “doh?” tersebut, saya jadi tercetus bikin sebuah quote.. 

People who dont give shits to other people's shits, should not suggest how to do shits.
Ya, orang yang acuh saat yang lain sedang butuh bantuan, haram hukumnya untuk ngasih saran. Dengan memberikan saran tentang bagaimana cara melakukan sesuatu, tidak akan meringankan beban yang sedang dihadapi melainkan semakin memperburuk keadaan. Sudah banyak sih ceritanya, alih-alih kelihatan cerdas dan bijaksana, hal tersebut malah bikin image yang bersangkutan menjadi buruk karena kelihatan kalau bisanya cuman ngomong doang.

Jaman sekarang itu susah cari yang namanya hati nurani. Kata apa ya lebih tepatnya. Sawang sinawang gitu. Yang otomatis menimbulkan rasa sungkan, sopan santun, kasihan, malu and many other decent personalities kalau ndak membantu mereka yang lagi butuh bantuan. Sangat disayangkan memang, namun fakta di lapangannya seperti itu, malah banyak sekali orang yang lebih mementingkan dirinya sendiri ketimbang orang lain.

Mengutip sebuah artikel di internet:
"Apabila kita bersembunyi di belakang hak-hak kita, kita kerap kali 'melupakan' tanggung jawab kita. ....Individualisme yang menekankan hak-hak pribadi melebihi tanggung jawab pribadi terhadap kolega atau sesama - jangankan masyarakat yang lebih luas - seperti itu, akan merusak dirinya sendiri sekaligus juga kepentingan umum. Individualisme mendefinisikan apa yang baik sebagai apa yang 'menguntungkan'....”
 (Christopher Gleeson, SJ, Menciptakan Keseimbangan, Mengajarkan Nilai dan Kebebasan, Jakarta, Gramedia, 1997, hlm. 7.)
Banyak hal yang mendasari mereka menjadi seseorang yang egois, diantaranya adalah:
  1. Rasa kecewa terhadap para individualis (kalian main individu, saya juga bisa)
  2. Superioritas (merasa paling bisa di antara orang lain)
  3. Egois karena merasa hanya perlu melakukan segala sesuatu yang menguntungkan dirinya sendiri.
Alasan yang pertama dan ketiga muncul saat pribadi tersebut memiliki jiwa yang pamrih, yang selalu punya maksud tersembunyi saat membantu, atau singkatnya mau mengerjakan sesuatu hanya karena imbalan. Namun bedanya, pada poin yang pertama pribadi tersebut kecewa karena hasil kerja kerasnya dinikmati juga oleh orang lain yang egois tadi.

Sedangkan poin kedua hadir saat seorang pribadi tersebut merasa bisa melakukan segalanya sendiri tanpa bantuan orang lain, karena merasa orang lain memiliki kemampuan yang kurang dari dirinya.

Seharusnya manusia sebagai makhluk sosial benar-benar memahami bahwa kita di dunia ini tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya bantuan orang lain, karena di atas langit masih ada langit, kita tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan kita saja.

Betapa sangat harmonisnya kehidupan kita ketika semua orang mulai mengenyahkan pemikiran egosentris tersebut, karena semua urusan akan dihadapi bersama-sama. Win win solution. Semua pihak senang dan tidak ada lagi rasa sakit hati antara satu sama lain.

Tapi apakah bisa?

Bisa, jika kita semua memulai untuk menanamkan pemikiran “Giving without taking anything back.” Ikhlas dengan segala sesuatunya. Pada umumnya, keegoisan muncul dikarenakan tidak adanya rasa ikhlas sama sekali. Bukan hanya di mulut melainkan di dalam prakteknya juga. Selama masih belum bisa ikhlas dalam melakukan apapun, kita akan sedikit demi sedikit dirongrong oleh keegoisan kita sendiri.

Ketika seseorang individu masih bisa merasa nyaman dengan keegoisannya, lambat laun mereka akan merasakan sendiri kehancurannya. Pelan tapi pasti, seperti sebuah bom waktu, konsekuensi logis akan segera didapatkan.

Sebagai penutup, coba tanyakan apakah kita termasuk orang yang egois atau tidak? Dan apakah hal tersebut menjadikan diri kita menjadi seseorang yang lebih baik. Jika kita memang merasa menjadi orang yang egois, maka berubahlah selagi bisa, jadilah orang yang berguna bagi orang di sekitar anda, kehidupan anda akan semakin menjadi lebih baik.

PS. Cewek saya egoisnya minta ampun, tapi blog ini tidak menceritakan dirinya loh.

Belepotan Ide

Belepotan Ide dari Sebuah Buku

Kemarin malam, tiba-tiba kepikiran buat ganti nama blog lagi. Mungkin sudah ratusan kali saya ganti nama domain blog karena tidak puas. Kalau blog ini seorang anak kecil, capek mungkin sering banget selametan ganti nama. Untungnya ini hanya blog, jadi saya tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk membuat bubur merah.

“Belepotan Ide” adalah rencana dari nama blog yang baru, dengan tagline “padat cair bentuknya sama saja”

Hahaha.. Iya, belepotan ide. Kata Belepotan sendiri ternyata bahasa gaul yang artinya berantakan, acak-acakan, dan tidak teratur. Biasanya yang identik dengan kata ini adalah waktu makan yang gak aturan, kemana-mana.

Di situlah saya ketemu ide, gimana seandainya yang berantakan tadi bukanlah makanan namun ide-ide brilian, alangkah bahagianya kita. Tinggal dikumpulkan dan dipilah antara ide yang bagus dan jelek, tidak peduli bentuknya padat atau cair, yang penting itu adalah sebuah ide.

Singkat cerita, saya barusan beli buku “Saya Pengen Jadi Copywriter” karangan Om Budiman Hakim (orang-orang manggil beliau om, jadi saya ikutan trend juga). Ternyata memang uang 47ribu itu sebanding sama ilmu yang saya dapatkan. Saya paksakan untuk membelinya di tengah keterpurukan finansial pasca keluar dari pekerjaan sekitar dua minggu yang lalu.

Bukunya bagus, mengulas secara gamblang apa itu copywriter. Apalagi untuk orang yang banting setir seperti saya, diwajibkan hukumnya kepada saya untuk membeli.

Hampir separuh buku itu saya makan dengan lahapnya di tempat nongkis favorit saya, pelataran Taman Ismail Marzuki. Sambil ditemani segelas kopi hitam dan rokok, saya mencoba mencari inspirasi dari buku itu. Semakin mendalam membacanya, semakin yakin saya bisa menjadi seorang copywriter meskipun portofolio menulis saya masih sedikit.

Setelah membaca beberapa case study yang ada di buku tersebut, membuat saya sadar bahwa manusia memang secara tidak langsung menggunakan ilmu periklanan di segala sendi kehidupannya. Mulai dari pacaran, hingga ngomong sama penjual rokok di warung, semua pake ilmu periklanan.
Berangkat dari situ, ditambah kutipan dari Om Bud
Kenapa sebagian orang beranggapan bahwa periklanan itu sangat sulit? Karena mereka tidak menyadari bahwa periklanan itu ada dalam tubuh mereka.
Saya yakin kalau bisa menembus kerasnya persaingan di industri periklanan. Cita-cita saya sekarang sudah bulat yaitu menjadi Copywriter. Menurut cerita Om Bud, banyak mahasiswa dari jurusan periklanan yang pas magang bilangnya “Rasanya apa yang telah saya pelajari 4 tahun di kampus tidak ada gunanya. Di lapangan semuanya sama sekali lain!”

Hahaha. Saya menertawakan diri saya sendiri.

Pendapat itu sangat saya rasakan sebenarnya. Lha wong apa. Saya ini lulusan Sastra Inggris, bekerja di industri Sales & Marketing selama 3 tahun, dan kebanyakan ngehandle urusan desain. Latar belakang pekerjaan saya, sangat berbeda 180 derajat dengan background akademik saya sebagai seorang lulusan Sastra Inggris. Keahlian mendesain saya didapatkan dari otodidak, karena kebetulan mulai kecil saya adalah penyuka seni visual.

Meskipun saya belum menjadi copywriter, saya bisa jamin bagi mereka yang lulusan Sastra Inggris (atau mungkin lulusan dari jurusan Sastra yang lain), bersyukurlah, karena kesempatan Anda menjadi seorang copywriter sangatlah terbuka sekali. Apalagi yang doyan mikir, doyan nulis, doyan ngeblog, doyan bermain kata-kata. Orang sastra itu kan banyak yang suka nakal kan kalau mikir, karena analitis, bahkan waktu kuliah aja itu kita emang disuruh nakal, supaya peka sama lingkungan sekitar.

Menurut artikel yang saya baca di internet, Copywriter di Indonesia itu jarang loh. Sekalinya ketemu katanya kadang tidak bagus. Tapi, mulai sekarang, saya akan coba, hingga nanti jadi orang yang tiap hari tidur sehabis subuh, dan mulai beraktivitas mulai dzuhur. Semoga doa saya diijabah sama Allah SWT.

Amiien ya robbal alamin..



Friday, October 30, 2015

Jancuknya Manaaa?


Entah mengapa ketika menulis blog ini, pikiran saya langsung teringat pada iklan Star Mild yang berjudul Obsesi Sutradara. Punch linenya sangat mengena sekali yaitu "Ekspresinya manaaaa?"

Ucapan "Ekspresinya manaaaa?" tersebut terngiang-ngiang terus sampai detik ini, namun alih-alih kata "Ekspresinya" yang ada di pikiran saya adalah kata "Jancuknya".

Terus terang, saya mengalami satiasi semantik sejak lama mengenai kata jancuk ini. Saat ini saya sudah kehilangan esensi asli kata tersebut yang menganggapnya tabu, kotor, jorok, umpatan, kata yang tidak baik dsb, dikarenakan hampir tiap hari bahkan mungkin tiap beberapa jam sekali saya mengucapkan kata ini.

Sebenarnya kata makian itu merupakan kata yang paling fleksibel dalam bahasa karena bisa digunakan dibanyak kesempatan karena mempunyai arti yang bermacam-macam. Mungkin untuk penjelasannya bisa dilihat di video di bawah ini.

Osho : Strange Consequences

Lanjut.

Karena sekarang sudah menganggur, praktis waktu saya untuk mendalami ilmu membuat copy itu banyak sekali. Tiap hari saya browsing dan mencari artikel mengenai copywriting tersebut. Mendengarkan kuliah terbuka di youtube, dan dari situ pula saya sedikit demi sedikit tahu apa itu copywriter. Dari pendalaman tersebut yang paling inspiratif adalah video dari Dave Trott  berjudul "Predatory thinking for copywriters".

Predatory thinking for copywriters

Di awal seminar dia mengangkat sebuah gagasan mengenai kreativitas dari Ben Bernbach .
Creativity may well be the last legal unfair competitive advantage we can take to run over the competition.
Dihubungkan dengan kreatifitas di dunia copywriting, kompetisi antar pesaing itu dianalogikan seperti olahraga. Oleh karena itu supaya ada yang menang maka harus ada yang kalah. Di situlah kita harus mengerti permainannya seperti apa. Pesaing selalu berpikir keras bagaimana caranya untuk lebih cepat, lebih bagus, lebih pintar, lebih terkenal dari kita.

Dari situ timbul pertanyaan besar. Bagaimana caranya agar kita bisa menangkal itu semua? Bagaimana caranya membuat "legal unfair advantage"? Nah disitulah kreativitas itu berperan penting. Sebaiknya kita harus peka dan mencari masalah, sebelum masalah itu muncul dan dimanfaatkan oleh pesaing untuk dicari solusinya.

Trus hubungannya sama jancuk itu apa?

Perlu diketahui bahwa, unsur dasar copywriting adalah
  1. Menarik Perhatian
  2. Ketertarikan
  3. Keinginan
  4. Keyakinan
  5. Tindakan
Ah tapi menurut saya, kelamaan juga mikir 5 poin tersebut yang sebenarnya bisa langsung diringkas menjadi satu kata yaitu "Jancuk!". Karena menurut saya, apapun yang baik adalah apapun yang bikin orang surprised dan bilang

"Jancuk! Koq bisa ya?"
"Jancuk! Koq kepikiran bikin iklan kayak gitu ya?"

Menurut saya, elemen tersebut sangatlah penting, sedangkan elemen yang lain akan otomatis mengikuti di belakangnya. Menjadi jancuk sangatlah susah, terutama karena kejancukan dalam dunia periklanan tersebut muncul karena adanya kreatifitas dan sentuhan seni yang tinggi, yang membutuhkan riset, serta team discussion yang tidak sebentar. Jancuk disini bukan jancuk yang berkonotasi negatif, namun positif yang diucapkan saat kita terkagum-kagum akan sesuatu hal.

Contoh dari iklan yang jancuk adalah seperti ini


Satu dari 3 iklan besutan Creative Juice/G1 dari Bangkok ini menyabet award
Gold Lion for the Campaign pada Cannes Lions International Festival of Creativity 2005

"Jancuk! Koq bisa kepikiran bikin iklan kayak gitu ya?"

(Di klik dulu aja, biar tahu gambar gedenya bentuknya kaya apa.)

Nah itu diceritakan, kalau semangka itu pecah tapi di tiap serpihannya itu ada angka dan huruf. Bagi yang sudah pernah beli dan pasang mokit tamiya, pasti langsung nyambung sama maksudnya. Iya, benar! Tamiya ini memang terkenal akan mokitnya. Dalam setiap boxnya pasti juga diberikan booklet panduan untuk memasang tiap partnya yang persis sama dengan angka dan huruf pada serpihan semangka tadi. Slogan di bawah semakin memantapkan konsep dan ide dari iklan ini, "FOR THOSE WITH AN EYE OF ASSEMBLY" atau "UNTUK MEREKA YANG MENGHARGAI RAKITAN"

Jadi apakah sudah bertanya segila dan sejancuk apa ide kalian?